1.
Pengerian
Agronomi
Agronomi dapat
diistilahkan sebagai produksi tanaman, dan diartikan suatu usaha pengelolaan
tanaman dan lingkungannya untuk memperoleh hasil sesuai tujuan. Ada dua tujuan,
yaitu memaksimalkan output atau meminimalkan input agar kelestarian lahan tetap
terjaga.
Pada awal kehidupan manusia di bumi, hanya hidup dari mencari makan dari hasil
hutan secara langsung. Perkembangan berikutnya, semakin banyak anggota
kelompoknya, lalu ada tempat untuk menetap dan mulai bercocok tanam di lahan
sekitar tempat tinggalnya dan mulai memelihara ternak dan terbentuklah
pekarangan.
Setelah itu, berkembang untuk membuka lahan di hutan untuk bercocok tanam,
sehingga hanya dapat ditanami beberapa tahun lalu pindah tempat, sering dikenal
dengan lahan berpindah.
Semakin bertambahnya penduduk, sistem-sistem tersebut tidak dapat
dipertahankan, lalu berusaha untuk tetap mempertahankan tingkat kesuburan
tanahnya dan mulai dikenal teknik budidaya (agronomi).
Ketidakseimbangan penambahan jumlah penduduk dibanding penambahan hasil pangan
menjadi persoalan yang dipelajari oleh bidang Agronomi. Antara lain usahanya
dengan perluasan lahan, penggunaan varietas unggul, peningkatan manajemen dalam
berbagai tindak agronomi dan pelaksanaanya.
Dalam kamus
"Random House Webster's Unbridged Dictionary" kata AGRONOMY
(Agronomi) tercatat mulai dikenal dalam bahasa Inggris pada tahun 1805-1815
jauh lebih muda dibanding AGRICULTURE (Pertanian) yang mulai digunakan pada
tahun 1425 - 1475. Agronomi - dengan demikian - merupakan cabang dari pertanian
yang terbentuk dari dua kata Latin, agros dan nomos. Agros secara harfiah
bermakna sebagai kebun atau lahan yang terolah atau tempat bercocok tanam,
sedang nomos berarti pengelolaan atau manajemen, setara dengan kata 'nomi'
dalam 'ekonomi'. Abstraksi agronomi, dengan demikian, sangat dekat dengan
urusan ekonomi pertanian secara luas ditinjau dari unsur tanaman dan lingkungan
(tanah yang diolah untuk bercocok tanam). Oleh karena itu, agronomi diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari cara pengelolaan tanaman pertanian dan lingkungan untuk
memperoleh produksi maksimum dan lestari (berkelanjutan, sustainable).
Dalam pembahasan keagronomian selalu tercakup aspek pengelolaan (manajemen)
tanaman, kelestarian lingkungan, produksi dan produktivitas suatu usahatani
berbasis tanaman (bercocok tanam). Aspek-aspek pengelolaan tanaman di antaranya
meliputi cara pembiakan atau perbanyakan tanaman, pengaturan pertumbuhan
tanaman, pemupukan, pemuliaan tanaman dan perlindungan tanaman. Aspek
lingkungan meliputi pengelolaan air, pengolahan tanah, pengaturan cahaya dan
suhu dalam pertanaman di bawah struktur, serta pengetahuan tentang ekosistem
pertanian. Kesemua aspek pengelolaan tersebut bermuarakan pada hasil bercocok
tanam maksimum dan lestari, yang sangat berkonotasi ekonomi. Tidak heran dalam
bahasa Jepang agronomi diterjemahkan sebagai NOGYOUKEIZAIGAKU - Ilmu Ekonomi
Pertanian, sehingga secara keseluruhan cabang-cabang ilmu dan teknologi
agronomi merupakan dasar dari Pelaksanaan Lapang Produksi yang dahulu dikenal
sebagai Ilmu Bercocok Tanam, agar menghasilkan produksi maksimum dengan tetap
mementingkan kelestarian daya dukung lahan dan kelestarian jenis tanaman.
Hasil pertanian
dalam bahasan agronomi ditinjau dari dua aspek yaitu hasil fisik dan non fisik.
Hasil fisik terkait dengan produktivitas atau daya hasil, merupakan besaran
yang dapat diukur atau dihitung. Hasil non-fisik cenderung membahas mutu hasil.
Mutu hasil sering tidak dapat diukur secara langsung, tetapi berpengaruh kepada
nilai ekonomi produk. Pengelolaan hasil produksi membuahkan cabang ilmu
agronomi yaitu Panen dan Pasca Panen.
A.
Bercocok Tanam
Kepentingan
sektor pertanian dalam kehidupan manusia dan keperluannya begitu ketara sejak
zaman terawal lagi. Sejak sekian lama sektor pertanian sentiasa diberikan
penekanan oleh ahli agronomi dalam kajian dan tulisan mereka.
Dalam Islam, kegiatan pertanian merupakan salah satu daripada pekerjaan yang
mulia dan amat digalakkan. Kepentingannya tidak dapat dinafikan lagi apabila
hasil industri ini turut menyumbang kepada hasil makanan negara selain
merupakan sumber pendapatan petani.
Banyaknya ayat al-Quran yang menyebutkan mengenai hasil tanaman dan buah-buahan
yang pelbagai menunjukkan betapa pentingnya bidang pertanian pada pandangan
Islam. Antaranya Allah berfirman dalam surah Yasin 34-35
“Kami menjadikan (di atas muka bumi ini tempat yang sesuai untuk dibuat)
ladang-ladang kurma dan anggur. Kami pancarkan banyak mata air (di situ).
Tujuannya supaya mereka boleh mendapat rezeki daripada hasil tanaman tersebut
dan tanam-tanaman lain yang mereka usahakan. Adakah mereka berasa tidak perlu
bersyukur?”
(Yasin : 34-35)
Dalam surah yasin ayat 34-35 Telah jelas bahwa Allah menjelaskan dengan sangat
detail tentang penciptaan muka bumi sebagai tempat yang sesuai untuk dijadikan
kebun-kebun yang baik supaya manusia dapat berusaha dan mengambil rizki dari
itu semua yaitu tumbuh-tunbuhan yang mereka tanam.
B.
Kesuburan Tanah
Artinya:
Dan
tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah
yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur. (QS.
Al-A’raf [7]:
58)
Pada
ayat sebelumnya telah disinggung bahwa turunnya hujan merupakan rahmat Allah
Swt. Lalu ayat ini menyatakan, kendatipun turunnya hujan itu merupakan sumber
kehidupan dan rahmat Allah, namun pemanfaatan air hujan tersebut secara baik
akan semakin membantu pada kesuburan bumi. Tanah yang subur akan menjadi
resapan air, sehingga akan menumbuhkan tanaman-tanaman hijau yang segar. Tetapi
berbeda dengan tanah yang keras dan tandus, maka ia tidak memiliki kemampuan
untuk meresap air, ia bahkan akan menjadi tanah tandus dan kering yang akan memberikan
bau kurang sedap dan mengganggu orang lain. Memang dengan turunnya air hujan
bisa merubah tabiat tanah tersebut, sehingga bunga-bunga tulip pun mulai
bertumbuhan dan tanah kering dan tandus itu menjadi subur.
Ayat-ayat
al-Quran juga merupakan rahmat Ilahi, yang apabila dibacakan pada hati yang
telah siap, maka ia akan menumbuhkan kehidupan maknawi manusia. Namun berbeda
bila al-Quran itu dibacakan kepada orang-orang yang berhati keras, maka ia
semakin menimbulkan keras kepala dan acuh tak acuh dan sedikit pun tidak akan
menimbulkan kesadaran terhadap kebenaran.
Dari
ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Untuk
memberikan hidayat dan petunjuk kepada manusia, turunnya rahmat tidaklah cukup,
namun yang penting kemampuan dan kesiapan hati untuk menerima petunjuk
tersebut.
2.
Kebersihan hati meluruskan jalan menuju kebahagiaan, sedangkan kekotoran sumber
kegelapan dan kesesatan.